Hello… Hello..
ketemu lagi sama gue. jadwal kuliah semakin padat, ujian kuliah
udah jadi sarapan tiap minggu, Tugas dosen juga udah numpuk, yang paling ngenes
ya laporan praktikum. Tapi dibalik itu
semua muncul hikmah yang besar. Hal ini membuat kehidupan kuliah gue enggak terbuang
sia-sia.
Berhubung November udah mau habis
dan postingan blog gue masih bolog-bolong, gue mau ngisi blog gue. Percuma aja
kan udah punya domain Dot Com, tapi enggak pernah nulis di Blog. Nabilah JKT 48
itu suka sama cowok yang suka nulis blog loh… Terus apa hubungannya sama gue?
Oke lah… jadi gini ceritanya. Tadi siang
gue ngobrak-abrik folder di laptop gue.
Gue lagi nyari file tugas dari dosen yang lupa gue taruh. Tiba-tiba…
mata gue terhenti pada folder di laptop. Mata gue melotot ngeliat folder dengan
nama N45k4H_PrOj3k_W15Nu. Enggak lama kemudian mata gue kesleo.
Gue buka file tadi. Gue baru inget kalo
ini itu file projek antologi gue. Kalo enggak salah projek yan g gue kirim
waktu lebaran kemarin tapi enggak tau kabar anginnya. Nyesek deh. Tulisan yang
gue ikutin projek antologi oleh seorang writer yang enggak jelas juga. Sampe
sekarang juga enggak tau apa projeknya udah jalan, atau penerbit yang ngurus
projek ini gulung tikar milih buka pabrik batagor daripada nerima tulisan gue.
Daripada naskah gue jamuran di laptp, mendingan gue
post aja di blog. Biar lebih afdol, gue copas aja dari naskah asli. Biar terkesan
enggak ada editan. Ini adalah tulisan gue pas bulan ramadhan kemarin. Langsung aja, Cek Kidot.
Mimpi, Coretan, dan Masa Depan
By: Wisnu Murti Pratama
“Mimpi…apakah itu mimpi…”
“Apa gunanya mimpi sih…”. Seperti
itulah gambaranku tentang mimpi jaman dulu. Aku tidak pernah percaya tentang
mimpi. Mimpi hanyalah angan-angan semu yang menghabiskan waktu. Daripada
bermimpi disiang bolong, lebih baik belaajar mata pelajaran. Ya seperti itulah
anggapanku dulu tentang mimpi.
Tapi anggapanku tentang mimpi ternyata
salah. Aku sadar bahwa dengan mimpi, aku
bisa terus hidup dan bertahan. Memang sungguh aneh, tapi ini kenyataan. Orang
yang berhasil itu bermula dari mimpi. Kalau musisi Bondan Prakoso bilang,
“Hidup itu berawal dari mimpi.” Kalo penulis novel Laskar Pelangi mengatakan
“bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.” Ada juga yang pernah
bilang,”Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati.” Dari situlah aku mulai
membangun mimpi-mimpiku.
Masih teringat jelas dipikiranku saat
aku masih kelas 6 SD. Saat itu aku bercita-cita bisa masuk SMA negeri 3 Kota.
Padahal SMA yang paling favorit adalah SMA 1 dan SMA 3 menempati urutan kedua.
Padahal aku masih SD…belum juga SMP. Tapi aku udah berkeinginan melanjutkan di
SMA impianku. Alasanku ingin sekolah di sana karena sekolah yang terletak di
tengah kota, dekat alun-alun kota, dekat pasar, dekat pecinan. Sekolah impianku
terletak di tengah kota dibandingkan dengan SMA negeri yang lainya.
Sehingga tiap pulang sekolah, aku bisa
jalan-jalan lewat pecinan, melihat ramainya suasana kota. Tiga tahun kemudian
setelah lulus SMP, aku mendaftarkan diriku ini ke SMA kota. Orang tua
menyuruhku mendaftar di SMA 1 dan di SMA 3. Singkat cerita, SMA 1 berhasil
meng-Kick out ku gara-gara nilai raportku tidak memenuhi kriteria. Akhirnya aku mendaftarkan diri ke SMA 3,
sekolah impianku sejak SD dan aku diterima dengan peringakat 20 besar.
Memang sulit dipercaya, tapi itulah
kenyataan. Menurut buku berjudul “The Secret” yang pernah kubaca, ternyata kekuatan pikiran
manusia itu jauh dari apa bisa diukur secara kasat mata. Oleh
karena itu, ada baiknya bila mempunyai sebuah cita-cita atau impian, cobalah
visualisasikan dalam sebuah obyek seperti tulisan atau gambar, dimana kita bisa
melihat dan membayangkan asiknya kalo bisa mewujudkan mimpi itu setiap hari.
Dan rasakan betapa kamu menginginkan hal itu.. pasti! pasti semesta ikut berkonspirasi
untuk mewujudkannya. J
Semenjak
aku sadar betapa hebatnya kemampuan sebuah sugesti, akupun mulai aktif
memvisualisasikan mimpi-mimpiku. Masih teringat jelas, awal masuk kuliah. Aku
sudah menyiapkan target-target mimpiku selama satu tahun. Aku mulai menuliskan
mimpi-mimpiku dalam selembar kertas folio dan aku tempelkan di tembok tempat aku belajar, sehingga kau
bisa melihat, membaca, dan meresapi setiap belajar.
Sebenarnya,
aku tidak memasang banyak target, aku hanya menuliskan 50 target mimpiku untuk satu tahun kedepan.
Beberapa mimpi yang aku tuliskan diantaranya bisa menjadi pengurus BEM (Badan
Eksekutif Mahasiswa) di fakultas, target IP minimal 3,0, mempunyai banyak teman di kampus, mendapatkan
dosen yang asik, bisa bertemu orang-orang hebat, bisa mendapatkan beasiswa,
menjadi penulis, dan masih banyak lagi target impianku.
Setiap
hari, aku baca, baca , dan baca tulisan dididing kamarku ini. Banyak teman-temanku
yang tahu, dan tidak sedikit dari mereka yang menertawakan kegilaan yang aku
buat. Pelan tapi pasti, satu persatu coretan mimpi yang aku tempel mulai
menjadi kenyataan, dan aku percaya.
Aku
mempunyai mimpi, IP semester ini minimal 3,0. Di akhir semester pertama,
tibalah saatnya untuk penerimaan KHS (Kartu Hasil Study). Aku sempet shock
karena IP yang kudapatkan adalah 3,38. Hal ini sesuai dengan mimpiku yang hanya
menargetkan 3 saja.
Tidak
lama kemudian, aku mengikuti seleksi penerimaan pengurus BEM fakultas.
Sebelumnya, aku mengikuti magang selama satu semester di BEM. Dengan semangat membara, aku mendaftarkan diri
menjadi calon pengurus BEM. Setelah mengikuti screaning dan seleksi, aku masuk
menjadi pengurus BEM fakultas. It’amazing
you know.
Aku
ini seorang mahasiswa perantauan yang tidak punya sanak saudara dan teman di
Solo. Teman-teman SMA kebanyakan kuliah di Jogja dan hanya aku yang nyasar di
Solo. So, aku belum punya relasi. Yang aku kenal hanya ibu kos dan penjual
makanan dekat kos. Seiring berjalannya waktu, aku mulai mepunyai banyak
teman. Teman-teman dari BEM, teman-teman
HMP, teman-teman seangkatan, adik tingkat, bahkan aku mulai kenal dengan
teman-teman lain fakultas. Dari nol teman kini menjadi lebihdari 500 teman.
Untuk
urusan dosen, aku mempunyai mimpi dapat dosen yang baik hati. Hal ini terbukti,
kelasku dapat dosen yang tidak pelit nilai. Ketika kelas lain mendapatkan nilai
D dan E sekelas, kelasku mendapatkan dosen yang selalu memberikan nilai A dan
B. Banyak sekali temen-temen kelas lain yang mengeluh karena tidak lulus mata
kuliah. Alhamdulilah aku mendapat dosen yang tidak pelit.
Mimpiku
yang lain adalah bertemu dengan orang hebat. Aku sempat tidak percaya kalau
mahasiswa sepertiku bisa bertemu orang hebat. But, I Believe it. Aku bertemu teman sekelas yang pintar dan hebat
yang tidak pernah menyerah soal kuliah. Mereka terus berpacu agar mendapatkan
nilai yang baik. Hal ini membuatku terpacu siang dan malam, belajar agar aku
tidak ketinggalan. Beberapa bulan kemudian, aku bisa bertemu orang-orang hebat
seperti pak Ari Baswedan, pemilik Indonesia mengajar. Ada juga Pak Joko Widodo
atau Joko Wi yang kini menjadi orang nomer satu di Jakarta. Lebih dari 3 kali,
aku bertemu dan berjabat dengan beliau. Setiap ada event di Solo, aku selalau
bertemu beliau.
Yang
paling berkesan adalah bertemu dengan penulis inspiratorku, Alit “shitlicious”
Susanto. Seorang penulis buku Skripshit yang menginspirasi agar aku menulis.
Semenjak tahu dia, aku selalu rajin menulis. Selain itu, aku juga pernah
bertemu dengan Alanda Kariza, penulis
buku Dream Catcher. Ada juga Wiendy Arisetiati dari Bukune dan Gagas Media
sekaligus editor bukunya Raditya Dika.
Mimpiku
yang lain adalah mendapatkan beasiswa. Diakhir semester 4, ada seleksi beasiswa Djarum. Aku coba-coba mendaftarkan
diri ikut seleksi. Mula-mula kukirimkan berkas dokumen sebagai seleksi awal.
Beberapa bulan kemudian pengumuman tahap pertama tiba, aku lolos dan lanjut ke
psikotes. Tahap ini menjadi tahap yang paling sulit karena berlaku sitem gugur.
Dari data penerima beswan djarum di fakultas , tahun kemarin hanya 2 mahasiswa
yang lolos. Aku mulai mempelajari teknik-teknik seleksi tahap dua ini. Tibalah
hari H, aku mengikuti tes. Singkat cerita, dari 150 peserta se-Universitas,
diambil 43 dan aku termasuk kedalamnya. Sungguh tidak percaya, padahal aku
tidak bisa ngerjain tes IQ. Dari 15 soal cerita, aku hanya bisa 7. Dari 20 soal
hitungan, aku cuman ngerjain 5. Tes selanjutnya adalah wawancara, dan tinggal
menunggu keputusan apakah lolos atau tidak.
Memang
sempat tidak percaya, perlahan tapi pasti, satupersatu coretan di dinding
kamarku menjadi kenyataan. Coretan mimpi membawaku ke arah impianku. Tapi tidak
selamanya jalan itu lurus. Bayak sekali kegagalan yang aku alami untuk mencapai mimpi-mimpiku. Lebih dari 10
penerbit buku yang menolak hasil karyaku. Revisi sudah kulakukan, mengulang
dari awal juga sudah. Ketika hampir ditengah perjalanan, penerbit tidak
meloloskan naskahku. Sakit… memang sakit, tapi aku teringat kata-kata
inspiratorku. “Saat sedang berjuang
jangan pernah melihat ke atas, melihat orang yang sudah sukses. Tapi lihatlah
sudah seberapa jauh melangkah, sehingga kalian tidak akan menyerah saat
menghadapi sandungan kecil.”
Aku
mulai bangkit, merevisi karya-karyaku.. orang sukses pasti pernah mengalami
kegagalan sebelum mereka berhasil. Sebut saja Abraham Licolm, presiden Amerika.
Dia mengalami kegagalan selama 25 tahun hingga akhirnya menjadi presiden. Ada
juga Edison, penemu lampu. Dia mengalami kegagalan dalam membuat lampu dan pada
percobaan yang keseribu dia berhasil membuat bola lampu.
Aku
percaya kalau mimpi-mimpi yang kutuliskan di secarik kertas hanya akan menjadi
sebuah coretan sampah, karena aku sudah menjadikan menjadi kenyataan. Aku juga
bermimpi kalau aku bisa pergi ke Jepang, melanjutkan studiku. Tanpa sadar,
pikiranku menuntunku menuju Jepang. Aku mulai mempelajari bahasa Jepang dari
Nol. Tidak terasa selama sebulan, aku sudah tahu sedikit tentang bahasa jepang.
Aku juga mulai menyukai film-film anime, dorama yang berbahasa Jepang agar aku
bisa berhasa Jepang.
Berani
bermimpi dan berani sukses, itulah prinsip dalam hidupku. Sebernarnya impian
itu abstrak, maka kita harus membuatnya kongkrit. Jangan pernah takut bermimpi
biarlah temen-teman menertawakan dan menggap ini gila. Tapi aku yakin, kalau
semua mimpiku akan menjadi nyata. Tinggal bagaimana kita merealisasikannya.
Dengan mimpi, hidup akan menjadi terarah, tujuan hidup menjadi jelas. Ibarat
mendaki gunung, kita sudah tahu jalan yang akan dipilih.
Cukup
ini saja tulisan singkat tentang mimpi, coretan, dan kenyataan. Semoga bisa
menginspirasi pembaca. At least, jangan pernah menyerah. Saat berjuang,
lihatlah sudah seberapa jauh kita melangkah. Sehingga kalian tidak akan
menyerah ditengah jalan karena sandungan kecil. J