Matahari tak terasa udah berpindah
haluan ke ufuk barat. Langit yang biru perlahan berubah menjadi coklat. Kondisi
hiruk pikuk kampus semakin ramai akan manusia. Deru langkah kaki mahasiswa yang
sedang selesai kuliah memecah kesunyian Kampus dengan bangunan Timur Tengah
ini. Satupersatu stand mulai ditingalkan empunya. Hanya bungkusan snak dan taplak yang tertinggal di
meja satu meter itu.
Enggak kerasa udah lebih dari delapan jam gue dan anak-anak di Kampus
almamater hijau ini. Hari jumat gue habiskan di Jogja. Padahal hari ini gue ada
praktikum Biokimia dan mau enggak mau
gue harus membolos sehari. Salah satu dosen udah ngasih ijin setelah sehari
sebelumnya gue sms. Sedangkan untuk dosen satunya, woles. Kayaknya SMS gue
cuman dianggep sebagai SMS operator.
Jarum jam menunjuk angka 4. Gue dan
anak-anakpun berpamitan. Gue, Fajar, Jon, dan Restu. Ketua Himpunan Mahasiswa yang
baru udah balik ke Solo duluan tadi jam dua. Kini tinggal kami berempat yang
masih tertinggal di kota yang terkenal dengan Pasar Kembangnya.
Gue sempat bingung mau pulang naik
apa. Naik bus, entar kemalaman, naik kereta entar enggak bisa jalan-jalan dulu.
Setelah melakukan sidang isbat, diputuskan kalo kita pulang ke Solo naik kereta
aja. Soalnya motor ditinggalkan di Solo Balapan. Menurut jadwal, kereta Prameks
ke Solo ada jam setengah 5. Gue dan anak-anak pun bergegas ke Stasiun Lempuyangan
diantar panitia.
Setelah cipika cipiki dengan
panitia, kamipun berpisah di Lempuyangan. Bayang-bayang panitia pun hilang
bersamaan laju motor mereka. Kondisi stasiun Lempuyangan pun rame. Lebih ramai
dari pagi tadi. Sepertinya mereka bersiap-siap buat balik kampung. Gue dan
anak-anak pun bergegas ke peron. Takut kehabisan tiket. Antrean tiketpun
seperti antrean sembako.
“Selamat sore, mau pergi ke mana.” Sapa
petugas loket dengan senyuman.
“Solo kakak…”
“Kereta Sriwedari yang paling murah,
untuk bisnis 24 ribu dan ekonomi 7000”
“Ehm… prameksnya enggak ada ya?”
“Prameks tidak lewat, untuk
Sriwedari nanti jam 7 malam.”
“…”
Terjadilah perdebatan gue dan anak-anak. Setelah
mempertimbangkan kuantitas dan kualitas penumpang kereta yang Jomblo, kamipun
memilih Sriwedari Ekonomi. Tapi kereta ini baru datang 15 menit setelah kereta
bisnis.
Masih ada waktu dua jam sebelum kereta datang. Enggak
mungkin kan kalo gue harus nunggu di stasiun. Bisa-bisa gue lumutan deh. Jiwa
traveling gue mulai muncul. Gue ajak temen-temen
jalan keliling sekitar lempuyangan. Mereka setuju dan ngikut gue.
Pertama gue ajak mereka muter-muter
Lempuyangan. Sampailah gue di depan stadion. Perasaan kok enggak asing sama
tempat ini. Rasanya gue dulu sering kesini. Setelah gue ingat-ingat, ternyata
gue lagi di stadion Kridosono. Sebagai orang yang menjunjung tinggi jiwa
Narsis, tak lupa gue abadikan moment-moment ini.
*JOgja punya Cerita
*Bukan Boy Band
Enggak kerasa langit udah berubah
gelap. Jam tangan udah menunjukan
setengah 6. Gue dan anak-anak buru-buru balik ke Stasiun.
Sampe di depan gerbang stasiun, jajanan
kaki lima udah mulai bertebaran. Pedagang angkringan udah mulai ramai di
trotoar.
*Jogja menjelang malam
“Eh..
udah pernah minum Kopi Jos belum Guys?” tanya gue.
“Hah…
apa itu mas kopi Jos?” tanya Fajar penasaran.
“Itu
lho… kopi terus dimasukin arang.” Jawab gue.
“...”
Anak-anak makin penasaran. Sebagai orang
yang pernah minum kopi jOs, gue ajak mereka ke penjual kopi Jos. Meski gue
enggak beli. Gue cuman beli nasi kucing doank. Maklum gue laper banget
Guys. Terlihat wajah-wajah gembira dari
temen-temen gue. Maklum aja, ini pertama kalinya bagi ketiga temen gue. FYI, si
Fajar dan Restu orang Sunda, sedangkan si Jono orang Delanggu, tapi jarang
menikmati Jogja di malam hari. Mereka baru pertama kali minum kopi Jos.
Setelah puas, gue dan anak-anak pun
masuk ke stasiun. Nyari mushola dan nunggu di ruang tunggu. Tak terasa azan
udah jam 7 malam. Langit Jogja yang tadinya merah, berubah menjadi gelap. Hanya
bintang-bintang yang menjadi hiasan
malam ini.
“Perhatian.. perhatian.. Kereta
Ekonomi Sriwedari akan segera datang dari arah Barat…”
Mendengar pengumuman dari petugas,
gue dan anak-anak mempersiapkan diri. Terlihat banyak orang yang akan naik
kereta ini. sumpah, kayaknya mereka juga nunggu kereta ekonomi ini. maklum,
murah kayaknya. Enggak pake AC enggak apa-apa, yang penting ada kipas angin.
Tibalah kereta Sriwedari. Tanpa menunggu
aba-aba, guepun masuk setelah pintu kereta terbuka. Begitu masuk ke dalam, gue
mendadak shock. Giman enggak shock. Kereta udah penuh Guys. Kayaknya emang udah
penuh dari Stasiun Tugu. Oke, deh, hanya ada satu kursi kosong. Akhirnya kami
para cowok memberikan kursi kepada si Restu. Enggak mungkin kan kalo ngebiarin
cewek berdiri. Oke, disini gue udah peka sama keadaan.
Kami bertiga pun berdiri di depan
pintu. Udah mirip kayak di pilem-pilem Jepang yang lagi naik kereta deh. Berdiri
di depan pintu. Andai saja ada cewek yang berdiri dan enggak sampe buat
pegangan kan bisa pegangan tangan gue. Hahah, sumpah, sesat banget.
Diperjalanan obrolan kami mulai kemana-mana.
Ngomongin kuliah lah, ngobrolin dosen, bahkan sampe ngobrolin yang super enggak
penting kayak ngobrolin Siapakah yang akan jadi istri kedua Daus Mini. Hahaha. Enggak
kerasa udah setengah jam kami berdiri. Kondisi penumpang sekitar gue yang
berdiri juga udah mulai capek. Banyak dari mereka yang timbang dan memilih
untuk ngesot di lantai gerbong. Gue cuman bisa bilang, “Wah kotor..”
Lama-lama kaki gue capek juga. Udah enggak
kuat. Ahirnya gue ngelesot juga. Bersama Jono dan Fajar. Kalo gue amatin, para
penumpang kereta pada asik sendiri. Ada yang sibuk nderin headset. Ada yang
maenan gadget. Ada yang asik ngupil pake jempol kaki. Ada yang sibuk ngobrol
sama pacar mereka. Dan gue cuman bengong dan nangis karena gue Tuna Asmara.
Tiba-tiba gue ngambil sebuah note
dari tas gue. Gue ini paling benci buang-buang waktu tanpa menghasilkan
sesuatu. Gue ambil bolpoin dan gue tulis sebuah cerpen di gerbong. Yap, mau
main gadget, belum punya hape canggih, mau telponan paling juga telponan sama
operator hape. So, gue buat cerpen aja. Nih cerpen yang gue buat di kereta
malam Sriwedari ini. Nih
Enggak kerasa sejam kemudian gue
udah nyampe Solo Balapan. Rasanya cepet banget. dan cerita pendek yang gue buat
pun selesai juga. Hari ini emang bener-bener hebat. Tanggal 23 Mei 2014. Yap,
ini adalah kado terindah yang Tuhan Kasih ke Gue di hari kelahiran gue. Mbolang
ke Jogja, naik kereta apai sendiri. Menghilangkan kegalauan dan kesedihan. Iya,
jujur aja, bulan Mei merupakan bulan Galau buat gue. Lagian hari ini merupakan hari ulang tahun
gue. Hahaha, tanggal 23 Mei 2014 merupakan titik balik gue menjadi Wisnu
Pratama yang dulu. Wisnu Pratama yang ceria dan bebas seperti Elang.
FYI, gue emang sengaja balik Ke
Solo. Padahal besuk hari Sabtu, dan kampus libur. Gue bisa aja balik ke rumah. Tapi,
entah kenapa gue pingin balik ke Solo. Iya, soalnya keesokan harinya gue ada
pembekalan KKN untuk pertama kalinya. Pertama kalinya gue Kopdar bareng
temen-temen KKN yang belum gue kenal bentuk dan wujudnya. Kayaknya Tuhan ngasih
bisikan hati biar gue dateng ke acara pembekalan perdana ini. yap… emang 23 Mei
2014 merupakan hari yang istimewa buat gue. Yang pergi akan digantikan dengan
yang datang. Yang sedih akan digantikan dengan kebahagiaan. Setiap perpisahan
akan digantikan dengan pertemuan. Setiap yang berakhir akan bertukar dengan
permulaan. Setiap kedukaan akan digantikan dengan kebahagiaan. Setiap kejadian
pasti ada hikmah yang Tuhan berikan.