Hallo semua… finally I can post again in my blog. Sorry baru sempet posting, beberapa hari kemarin gue lagi sibuk nyipain ujian masuk kuliah dan sibuk bantuin adik gue yang lagi ngurus persiapan kuliah. Gak terasa puasa udah lewat setengah bulan lebih. Pasti kalau udah masuk ke malam ke 20, rasanya lebaran akan terasa begitu cepat datang dan ramadhan akan segera berlalu. Semoga tahun depan kita masih diberi kesempatan untuk bertemu bulan ramadhan. Kayakan amin dan like ya, eh. (apaan sih).
Oke, back to story! Beberapa minggu yang lalu, gue baru dapat kenalan cewek Jepang. Jadi cerita bermula saat ketiga negara masih hidup damai dan negara api belum menyerang. STOP!!! Kali ini serius!
Beberapa hari yang lalu, di grup internasional yang gue ikutin, tiba-tiba aja ada cewek Jepang yang ngepost perkenalan. Sebagai lelaki Jomblo yang Syari’ langsung aja gue komentar di postingan dia dan gak lupa gue add tuh fb si cewek. FYI, gue ikutan grup pertukaran bahasa Inggris –Jepang. Gue sadar, skor dan nilai TOEFL gue masih dibawah standar anak S1. Gue juga sadar, gue cuman bisa jadi orang yang pasif saat berinteraksi dengan orang bule. Gue cuman bisa mendengar dan tahu maksud perkataan bule, tapi saat gue akan membalas, tiba-tiba lidah gue mendadak kesleo.
So, usaha gue biar skill bahasa Inggris gue meningkat ya harus selalu praktek dan praktek untuk berbicara bahasa Inggris. Mungkin enggak cuman gue aja, pasti kalian juga merasa pasti mengalami kendala saat berbicara dengan bule. Ya wajar, hal ini dikarenakan kita jarang mempraktekan hasil belajar bahasa Inggris. Jujur aja, gue udah dapet pelajaran bahasa Inggris sejak kelas 5 SD, dan sampe sekarang gue aja masih belepotan saat bicara langsung dengan turis.
Kenapa bisa seperti ini? Jawabannya karena gue jarang mempraktekan hasil belajar bahasa Inggris kecuali saat main game. Hasilnya gue bisa writing, bisa reading tapi gue gak bisa speaking. Saat kita akan berbicara dengan bahasa Inggris pasti dalam otak kita akan bilang
“Grammarnya benar gak ya?”
“nanti kalau salah gimana ya?”
“Bang Ipul kapan bebas?”
“…”
Hal kecil seperti ini yang membuat speaking gue gak maju. Beberapa bulan yang lalu, gue sempet ketemu bule, dan gue jadi guide si bule yang bingung mau gimana cara ke candi prambanan. Singkat cerita, gue memberikan petunjuk ke bule tentang bis yang harus dinaiki, terminal dan halte tempat berhenti. Alhamdulilah, si bule ngerti maksud gue. Setelah gue amati saat bule ngomong, ternyata si bule asalan ngomong aja tanpa memperhatikan grammar. Yang penting gue ngerti, dan si bule juga paham. Ya itulah fungsi dari bahasa. Yang penting ngomong aja, jangan takut salah.
Back to topic!
Setelah gue add, gue pun mengirimkan message perkenalan ke si cewek Jepang. Gak lama kemudian dia membalas pesan dan kitapun berteman di dunia maya. Tujuan dari si cewek ikutan grup yang sama dengan gue ini, karena si cewek Jepang ini juga ingin meningkatkan skill bahasa Inggris dia. Dari sinilah gue mulai melatih skill bahasa Inggris gue.
Setelah berkenalan, ternyata si cewek ini tuh mahasiswi Jepang yang lagi exchange ke Inggris. Dia berasal dari Kyoto. Awal-awal kenalan sama nih cewek, gue selalu memanggil dia dengan nama terakhir dia. Gue tahu budaya orang Jepang. Kalau dengan orang yang baru dikenal, harus memanggil nama belakang mereka atau nama keluarga untuk menghormati mereka. Sangat tidak sopan tiba-tiba memanggil dengan nama depan.
Mungkin karena tiap hari selalu bertukar cerita, tiba-tiba si cewek meminta gue untuk memanggil nama depan dia. Ya sebut saja Yumi. Gue memanggil teman dari Jepang ini dengan nama Yumi-chan. Orang yang suka nonton dorama dan anime pasti tahu lah. Jadi kalau orang Jepang udah memberi ijin untuk memanggil dengan nama depan, berarti kita udah dianggep orang dekat atau teman dekat.
Hingga kemarin sore, tiba-tiba gue dikirimin foto-foto Yumi yang lagi traveling ke Scotlandia. Busyet!!! Berarti emang bener, gue udah dianggep teman sama Yumi-chan. Diapun berbagi cerita tentang travelingnya di Scotlandia sendirian. Busyet, berani bener nih cewek. Padahal bukan orang Scotlandia, tapi pergi traveling ke negara orang sendiri. Setelah gue tanya, ternyata emang orang luar negeri itu mandiri. Mereka selalu traveling sendirian kemana-mana. Ya kadang gue bisa melihat kenapa gue selalu melihat bule piknik sendirian, dan maksimal ya cuman berdua aja. Saat gue tanya, apakah dia gak takut tersesat. Yumi-chan menjawab, “kan bisa tanya kalau tersesat.”
dikirimin foto traveling -_-
Bener juga sih. Ada pepatah malu bertanya sesat di kamar, eh maksud gue di jalan. Kadang gue juga bercerita tentang hobi, budaya, dan buku. Hingga akhirnya tadi pagi gue dikirim foto Baker Street 22 dan patung Sherlock Holmes yang difoto langsung sama Yumi saat traveling. Busyett, tau aja nih anak.
Baker street dan patung Sherlock Holmes
Yap… lumayan dapat teman dari negeri Jepang. Ya siapa tahu bisa jadi relasi gue. Kita juga gak akan tahu kedepannya. Siapa tahu kita bisa kolaborasi nulis buku tentang traveling dan budaya. Ya mungkin ini yang disebut sahabat pena. Mungkin anak 90-an tahu sahabat pena. Yap, mungkin ini cerita dari gue. Makasih udah mau baca tulisan ini. Tetep keep practice! Improve your English skill!
Magelang, 22 Juni 2016