Sore hari yang tidak begitu cerah, tas warna hitam diletakan di bawah meja belajar kemudian si Jono membaringkan tubuhnya di atas kasur busa sambil sesekali menahan capek. Si Jono baru saja pulang dari kuliah. Jadwal kuliah hari itu cukup padat, dari jam 7 pagi sampai 4 sore. Sungguh jadwal yang cukup bisa membuat siapa saja ngemil Promag gara-gara kehabisan waktu untuk makan.
Rasa lelah Jono terlihat dari kerutan-kerutan di dahinya yang agak kusam karena terkena polusi udara kota. Sesekali si Jono membuka smartphone bewarna perak sambil tersenyum-senyum sendiri. Wajah Jono yang tadinya cemberut tiba-tiba tersenyum sendiri. Dia memandangi foto seorang cewek yang ada di galeri hapenya. Namanya Ningrum, wanita yang membuat rasa lelah Jono menghilang. Ningrum adalah orang yang disukai Jono yang tak lain adalah teman satu kampus Jono.
Sejak mengenal Ningrum, kehidupan Jono berubah. Sebelumnya, ada banyak cara bagi Jono untuk bahagia. Makan enak, bisa membuat Jono bahagia. Apalagi kalo makanan yang didapat itu gratis dari kondangan dan dari acara UKM. Kadang dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang indah sudah cukup bisa membuat hati Jono bahagia. Tapi, setelah Jono mengenal Ningrum, hanya ada ada satu cara agar si Jono bahagia, yaitu dengan selalu bersama Ningrum.
Si Jono benar-benar dimabuk asmara. Hampir setiap hari cuman Ningrum yang ada di kepalanya. Bahkan sudah lebih dari 3 kali, bayang-bayang Ningrum muncul dalam mimpi Jono. Jono adalah seorang tuna asmara yang sampe saat ini masih istiqomah mempertahankan statusnya. Dia lebih senang dikatain fakir cinta ketimbang harus jatuh cinta pada orang yang salah. Jono masih trauma akan pengalaman cintanya sebelumnya. Sebelumnya dia pernah mengalami kegagalan hubungan percintaan yang membuatnya harus terpuruk begitu lama. Oleh karena itu sampe saat ini si Jono masih selektif dalam memilih wanita yang pantas untuk dilabuhi biduk cintanya. Tapi, setelah dia bertemu dengan Ningrum, semuanya telah berubah. Jono sudah membulatkan niat untuk jatuh cinta lagi, karena dia udah menemukan untuk siapa cintanya akan diberikan.
Segala cara dilakukan Jono agar bisa dekat dengan Ningrum. Kadang-kadang si Jono mengajak Ningrum makan bareng, tapi sayang si Ningrum selalu menolak ajakan Jono. Kadang-kadang ngajakin nonton, tapi selalu ada alasan untuk menolak ajakan Jono.
“Rum… eh entar sore nonton Suster Keramas yuk, katanya bagus banget loh.”
“Ah… Sory Jon, entar sore aku mau nungguin kucingku lahiran.”
“…”
Semakin hari, rasa suka Jono ke Ningrum semakin besar. Ketika di kampus, si Jono selalu berusaha mengajak ngobrol Ningrum. Tujuannya sih biar bisa berkomunikasi dan bisa melihat senyum mempesona Ningrum. Kadang-kadang Jono selalu duduk di dekat Ningrum dengan harapan bisa memandangi wajah manis Ningrum ketika sedang memperhatikan dosen mengajar. Segala topik pembicaraan selalu dia bicarakan, dari hal penting sampai hal yang kurang penting pun selalu keluar dari mulut Jono. Sebenarnya, Si Jono adalah tipe orang yang sedikit bicara. Dia tipe orang pendiam yang kadang cuman bicara kalau ada orang yang bertanya kepadanya. Tapi, demi mendapatkan hati Ningrum, Jono harus mengalahkan itu semua.
“Hey Ningrum…” kata Jono sambil mengeluarkan buku dari tasnya.
“Yoi… Jon… gimana?” balas Ningrum sambil ngemil Baygon.
“Eh… kemarin harga gorengan naik loh, pasti akan berdampak pada harga minyak dunia loh.” Kata Jono.
“…”
Ningrum adalah wanita yang mudah bergaul. Dia selalu baik kepada teman-temannya, termasuk dengan mahasiswa laki-laki yang lain. Kepada siapa saja Ningrum selalu murah senyum. Setiap ada orang berbicara kepadanya, Ningrum tidak pernah melemparkan senyum. Kadang-kadang, Ningrum juga selalu memulai obrolan kepada orang yang ada didekatnya, termasuk Jono. Hal ini yang membuat Jono jadi sangat menyukai Ningrum. Bagi Jono, Ningrum adalah sosok yang cukup sempurna dalam melengkapi kekurangan Jono, calm.
Segala usaha PDKT dilakukan Jono. Dari tiap hari mengirimkan SMS ke Ningrum, ngajakin makan, bahkan ngajakin nonton. Tapi sayang, Ningrum menanggapi Jono hanya sebagai teman sekampus saja.
Namanya juga wanita, pasti tahu mana orang yang menyimpan rasa dan mana yang biasa aja. Begitu juga dengan Ningrum. Sepertinya Ningrum mulai kurang nyaman dengan kehadiran Jono. Tapi Ningrum selalu bersikap seperti biasanya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Seperti biasanya, si Jono tidak pernah absen mengirimkan pesan yang berisi tausiah-tausiah hasil copas ke Ningrum. Jono juga tidak lupa nge-like status, Path, Facebook, friendster dan foto yang diupdate Ningrum. Dengan harapan si Ningrum segera sadar kalau selama ini ada seorang laki-laki yang selalu memperhatikan dia.
Tapi, semakin hari, Jono merasa ada hal yang aneh dengan sikap Ningrum. Ningrum lebih sering sedikit bicara kepada Jono jika dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki lainya. Kadang ketika sedang bersama Jono, Ningrum lebih memilih diam sambil ngupil ketimbang ngobrol dengan Jono. Tidak sampai disini saja, saat Jono mengirimkan pesan kepada Ningrum, pasti pesan tadi hanya berakhir dengan Read doank. Jono menyadari kalau sebenarnya Ningrum udah mulai illfeel dengan kelakuan Jono.Tapi, Jono punya prinsip yang teguh, “Wanita harus diperjuangkan, wanita ingin melihat sampe sejauh mana perjuangan laki-laki.” Dengan bermodalkan prinsip ini, Jono masih selalu berusaha agar bisa berkomunikasi dengan Ningrum. Bagi Jono, Ningrum sudah seperti candu yang harus dikonsumsi setiap hari. Kalau sehari tidak berkomunikasi dengan Ningrum, rasanya seperti sakaw.
Hingga suatu hari, anak-anak seangkatan akan mengadakan makrab di pantai. Acara makrab ini diadakan dalam rangka refreshing setelah bergelut dengan kejamnya UAS. Itung-itung sebagai acara ngumpul bareng karena anak-anak seangkatan udah jarang berkumpul. Ketemu kalau pas ada jadwal kuliah yang sama aja. Tapi sayang, tanggal pelaksanaan makrab bertepatan dengan hari ulang tahun kakak perempuan kesayangan Jono yang sekarang tinggal di luar kota. Kakak kesayangan Jono berencana pulang saat hari ulang tahunnya.
Jono galau harus memilih pulang ataukah harus mengikuti acara makrab. Alasan Jono mengikuti makrab adalah karena dia tahu kalau si Ningrum juga bakalan ikutan makrab. Rencananya, makrab akan diadakan pada hari Sabtu minggu depan. Bagai buah Simalakama, tapi Jono harus memilih salah satu diantara keduanya.
Setelah bertapa siang dan malam, bahkan sampai Jono tidak update di IG Story, akhirnya dia memilih untuk mengikuti makrab agar bisa bersama Ningrum. Jono harus mengorbankan acara ulang tahun kakak tersayangnya.
Tibalah hari H, makrab. Seperti prediksi Jono, si Ningrum megikuti makrab. Sikap Ningrum masih sama seperti sebelumnya, diam seribu bahasa. Bahkan lebih cuek dari sebelumnya. Yang tadinya selalu menyapa setiap bertemu Jono, kini dia cuman memalingkan muka. Saat tidak diajak bicara, Ningrum hanya diam saja. Berbeda dengan kebiasaan Ningrum pada yang lain yang selalu memulai pembicaraan terlebih dahulu.
Jono semakin yakin kalau si Ningrum benar-benar Illfeel dengannya. Tapi Jono tetep mencoba staycool dan tetep istiqomah.
Acara makrab berlangsung dengan cukup meriah bagi peserta lain, tetapi tidak bagi Jono. Dia merasa sepi di tenggah keramaian yang ada. Dia merasa hampa karena tidak bisa bercakap-cakap dengan Ningrum. Hingga malam itu diadakan sebuah game. Game. Game yang dibuat panitia makrab cukup gokil, yaitu game Tantangan atau Kejujuran. Jadi nanti para peserta harus memilih mau tantangan atau memilih menjawab sesuatu dengan jujur. Kalau peserta memilih tantangan, bisa dikerjain habis-habisan. Kadang disuruh nembak, disuruh koprol sambil jilatin jari kaki, disuruh lompat ke api unggun, atau suruh meluk ibu kos, eh. Tapi, kalau peserta lebih memiilih kejujuran, mereka harus mengatakan siapa orang yang paling disayang dan disukai di satu angkatan, tapi cukup ciri fisik aja yang disebutkan. Cukup gokil dan sangat menguntungkan bagi Jono untuk mengungkapkan perasaannya ke Ningrum.
Permainan di mulai dan tibalah giliran Jono. Saat itu, Ningrum berada di sebelah Jono.
“Jon… tantangan atau kejujuran?” teriak salah satu peserta yang berjaga.
“KEJUJURAN!” teriak Jono mantep.
“Jono… siapa wanita yang kamu sukai?” tanya salah satu teman Jono yang menjadi ‘kucing’.
“Ehm… AKU CINTA SAMA WANITA… YANG ADA DISEBELAHKU…”
“…”
*Hening*
Dan gak lama kemudian…
“CIEEEEEEEE…” teriak teman-teman Jono secara bersamaan.
“Jon… jadi kamu naksir sama Ningrum? Sejak kapan?” kata salah satu teman Jono.
“…”
Melihat situasi yang terjadi, Ningrum cuman bisa bengong sambil salting-salting sendiri. Wajah Ningrum memerah seperti pantat bayi yang habis dipukul. Sedangkan si Jono cuman bisa tersenyum malu sambil guling-guling di atas putihnya pasir pantai malam itu. Entah dia sadar ataukah tidak dengan kekhilafan yang baru aja dia lakukan.
Setelah makrab selesai, sikap Ningrum kepada Jono malah semakin kurang baik. Ningrum lebih sering nyuekin Jono ketimbang memberikan senyum. Tiap Jono mengirimkan pesan, pasti hanya berakhir dengan read. Jangankan menyapa Jono, melirik ke arah Jono saja Ningrum enggan. Mereka berdua seperti dua anak Adam yang tidak pernah saling kenal.
Melihat kejadian yang terjadi, si Jono merasa tidak enak. Dia sadar kalau apa yang udah dia lakukan malah membuat hubungan dia dengan Ningrum menjadi renggang. Lagian si Ningrum juga tidak memberikan reaksi postif. Seperti halnya Hukum Newton III, “Setiap ada aksi, pasti ada reaksi.” Begitulah dengan Ningrum. Jono udah memberikan aksi, dan hasilnya Ningrum malah menjauh. Ibarat dua kutub magnet senama yang tidak bisa bersatu.
Karena melihat ketidaknyamanan ini, Jono pun sadar kalau hubungan ini enggak bisa seperti ini. Jono sadar kalau cintanya pupus, bertepuk sebelah tangan seperti lagunya Ahmad Dhani. Jono sadar kalau selama dia cuman berjuang sendirian. Bukan cinta namanya jika hanya satu saja yang berjuang. Karena cinta itu seperti sepasang merpati yang hanya masing-masing mempunyai satu sayap. Untuk bisa terbang maka harus selalu bersama. Kalau cuman satu saja, ya jelas enggak bisa terbang. Mungkin ini yang disebut sakit tapi tidak berdarah.
Jono pun sadar diri. Dia harus memilih mundur dengan teratur dalam mendekati Ningrum. Di kampus, Jono lebih memilih menghindari Ningrum. Setiap ada jam kuliah bersama, Jono lebih memilih duduk menjauh dari Ningrum. Saat Ningrum duduk di barisan belakang, bersebelahan dengan Jono, Jono malah pindah tempat duduk ke barisan paling depan. Begitulah seterusnya kisah Jono dan Ningrum. Kadang realita tidak seperti ekspetasi. Meskipun seperti itu, setidaknya Jono pernah berjuang meskipun usahanya hanya dipandang seperti seorang yang sedang menggarami lautan.
*TAMAT*
Oke… pernah ngalamin kejadian seperti di atas gaes? Gue yakin pasti kalian udah pernah ngalamin hal enggak enak seperti cerita di atas. Cerita di atas cuman fiksi dan hasil imajinasi gue aja. Tapi buat kalian yang punya prinsip “terus berjuang…” sadarlah. Sampe sejauh mana perjuangan kalian. Inget, yang namanya cinta itu dua orang, kalo cuman satu orang aja ya namanya bukan cinta.
Selain itu, kalo gebetanmu udah memberikan tanda-tanda illfeel ama kalian, udah mending stop aja deh. Karena dulu gue udah pernah ngalamin yang namanya berjuang sendiri. Ada banyak indikator-indikator yang menunjukan kalo gebetan kita respek atau enggak kok. Gue yakin, kalian yang baca tulisan ini pasti udah lebih berpengalaman dari gue.
Inget, kalo emang gebetan kalian enggak suka dan enggak welcome ke kalian, ya harus sadar diri aja. Enggak usah memaksakan lah. Buat kalian yang lagi dideketin, juga jangan PHP donk. Kalo emang respek ya kasih sinyal. Kalo emang gak suka dan enggak nyaman, mending berkata jujur aja. “Sorry, aku gak nyaman…”
Yap… mungkin cukup ini aja dulu postingan dari gue. Makasih udah mau baca tulisan gue ini. Jika kalian punya pengalaman yang sama, bisa share di kolom komentar. Tunggu tulisan gue selanjutnya. Sekali lagi, cerita di atas cuman karangan fiksi. Kalo ada kesamaan nama tokoh, gue minta maaf… hahahah. Kalo ada kesamaan kejadian, itu cuman imajinasi gue ditambahi realita yang pernah ada. Makasih… BYE!